Lencana Facebook

Metodologi Penelitian

Tim Dosen :

  1. Prof. DR. Ruddy Pakasi, M.Pd. (Penanggung Jawab)
  2. Drs. Noldy Ch. Lesar,M.Pd.
  3. Drs. Jantje A. Sumerah

Pertemuan I

KONTRAK MATA KULIAH


1. Tujuan/Manfaat Mata Kuliah

Untuk memberikan kemampuan pada mahasiswa dalam melakukan penelitian pendidikan sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa mengerjakan penulisan skripsi.

2. Deskripsi Perkuliahan

Perkuliahan dilaksanakan sebanyak 18 kali pertemuan, yang terdiri dari 16 kali pertemuan untuk perkuliahan teori/praktek, dan masing-masing 1 kali pertemuan untuk ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Perkuliahan dilakukan dengan ceramah dan pemberian tugas latihan untuk sub pokok bahasan tertentu. Tugas latihan mandiri yang harus dikerjakan mahasiswa, dikaitkan dengan kepentingan penyusunan proposal penelitian. Hasil ujian tengah semester dan akhir semester, serta semua tugas latihan yang dikerjakan mahasiswa dijadikan indikator penilaian kemampuan mereka.

3. Tujuan Instruksional

Mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan jenis-jenis sumber pengetahuan
2. Menjelaskan logika sistematika dalam menyusun penelitian
3. Menjelaskan cara merumuskan masalah penelitian
4. Menjelaskan makna kajian teoritis
5. Menjelaskan hipotesis
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian
7. Menjelaskan prosedur pembahasan hasil penelitian
8. Menjelaskan tentang teknis penulisan laporan

4. Organisasi Materi

A. Mencari Kebenaran
1. Kebenaran berdasarkan pengalaman
2. Kebenaran berdasarkan pendekatan otoritas
3. Kebenaran berdasarkan pendekatan deduktif
4. Kebenaran berdasarkan pendekatan induktif
5. Kebenaran berdasarkan pendekatan ilmiah
B. Hakikat penelitian ilmiah
1. Hakikat penelitian ilmiah
2. Hubungan pendekatan ilmiah dengan penelitian ilmiah
C. Masalah penelitian
1. Latar belakang masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
D. Kajian teoritis
1. Fungsi kajian teoritis
2. Kesesuaian teori dengan masalah penelitian
3. Hasil Penelitian yang relevan
E. Pengajuan hipotesis
1. Makna hipotesis
2. Jenis-jenis hipotesis
F. Metodologi penelitian
1. Tujuan dan manfaat penelitian
2. Tempat dan waktu penelitian
3. Metode penelitian
4. Populasi dan sampel
5. Instrumen penelitian
6. Teknik analisis data
G. Hasil Penelitian
1. Pendeskripsian data
2. Pengujian persyaratan analisis
3. Pengujian hipotesis
4. Kelemahan penelitian
4. Kesimpulan dan saran
H. Teknis Penulisan Laporan
1. Sistematika penulisan
2. Notasi ilmiah


5. Strategi Perkuliahan

Perkuliahan dilaksanakan dengan metode ceramah dan pemberian tugas latihan dikerjakan mahasiswa pada akhir pemberian suatu sub pokok bahasan tertentu.

6. Materi/Bacaan Perkuliahan

A. Referensi:

  1. Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Asghar Razavieh. Introduction to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979.
  2. True, June Audrey, Finding Out: Conducting and Evaluating Social Research. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company, 1983
  3. Best, John W. Research in Education. New Delhi: Prentice Hall of India, 1982.
  4. Selltiz, Claire, dkk., Research Methods in Social Relations. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1976.
  5. Suryasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan, 1985.
  6. Borg, Walter R., dan Meredith D. Gall, Educational Research: An Introduction. New York: Longman, 1983.
  7. Sowell, Evelyn J., dan Rita J. Casey, Analyzing Educational Research. Belmont, CA.: Wadsworth Publishing Company, 1982.
  8. Parel C.P., “Sampling Design and Prosedur”, Diangkat dari Social Survey Design unruk disiapkan dalam Research Training Program Dewan Ilmu Sosial Filipina, 1973.
  9. Plutch.ik, Robert, Foundations of Experimental Research. New York: Harper & Row, Publisher, 1983.
  10. Campbell, Donald T. dan Julian C. Stanley. Experimental and Quai-Experimental Designs for Research. Chicago: Rand McNally College Publishing Company, 1966.
  11. Fernandes, H.J.X., Testing and Measurement. Jakarta: National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development, 1984.
  12. American Psychological Association, Publication Manual. Washinton, DC.: American Psychological Association, 1991.

    B. Materi dan Bacaan:

    No.
    MATERI
    BACAAN PERKULIAHAN


1

Sumber pengetahuan


Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Asghar Razavieh. Introduction to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979, pp. 3-9.
True, June Audrey, Finding Out: Conducting and Evaluating Social Research. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company, 1983:1-4.
Best, John W. Research in Education. New Delhi: Prentice Hall of India, 1982:3-5.
Selltiz, Claire, dkk., Research Methods in Social Relations. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1976:6-7.
Suryasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan, 1985:46-49.

2.

Hakikat penelitian ilmiah


Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1979:9-12, 20-25.
True, 1983:11-24.
Borg, Walter R. Dan Meredith D. Gall, Educational Research: An Introduction. New York: Longman, 1983:20-30.
Best, 1982:5-6.
Selltiz, Claire, dkk., 1976:2-14.
Sowell, Evelyn J., dan Rita J. Casey, Analyzing Educational Research. Belmont, CA.: Wadsworth Publishing Company, 1982: 3-14.
Suryasumantri, 1985:165-175.


3

Masalah penelitian


Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1979: 41-51.
True, 1983:35-43, 331-332.
Borg, dan Gall, 1983:71-87, 864.
Best, 1982:29-38.
Selltiz, Claire, dkk., 1976:49-86.
Sowell, dan Casey, 1982: 17-33.
Suryasumantri, , 1985:309-316.


4

Kajian teoritis


Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1979:14-18; 57-71.
True, 1983:38-41, 332.
Borg, dan Gall, 1983:140-184, 864-866.
Best, 1982:42-47, 307-368.
Suryasumantri, , 1985:316-327.


5

Pengajuan hipotesis


Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1979:72-82.
True, 1983:22;43-46; 65-66; 312-313, 332.
Borg, dan Gall, 1983:87-94.
Best, 1982:6-8, 39, 270-271.


6

Metodologi penelitian


Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1979:225-313,26-30, 51-55, 129-140; 173-218;91-166.
True, 1983:2-3, 22-24, 71-324, 334-340.
Borg, dan Gall, 1983:235-836, 866-868.
Best, 1982:55-257.
Selltiz, Claire, dkk., 1976:89-453.
Parel C.P., “Sampling Design and Prosedur”, Diangkat dari Social Survey Design unruk disiapkan dalam Research Training Program Dewan Ilmu Sosial Filipina, 1973.
Plutch.ik, Robert, Foundations of Experimental Research. New York: Harper & Row, Publisher, 1983:35-169, 185-205.
Campbell, Donald T. Dan Julian C. Stanley. Experimental and Quai-Experimental Designs for Research. Chicago: Rand McNally College Publishing Company, 1966:6-70.
Sowell, dan Casey, 1982: 35-112.
Suryasumantri , 1985:328-332.
Fernandes, H.J.X., Testing and Measurement. Jakarta: National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development, 1984:1-114.

7

Hasil Penelitian


Ary, Jacobs, dan Razavieh,1979:91-124;140-166;339-357.
True, 1983:336-344.
Borg, dan Gall, 1983:837-858, 868-871.
Selltiz, Claire, dkk., 1976:455-497.
Sowell, dan Casey, 1982: 113-158.
Suryasumantri , 1985:332-343.


8

Teknis Penulisan Laporan


Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1979:319-336;347-357.
True, 1983:327-375.
Borg, dan Gall, 1983:859-877.
Best, 1981:371-403.
Suryasumantri, 1985:358-363.
American Psychological Association, Publication Manual. Washinton, DC.: American Psychological Association, 1991.



7. Tugas

Jenis tugas yang harus dikerjakan mahasiswa:
1. Tugas terstruktur untuk sub pokok bahasan tertentu
2. Tugas mandiri yang dikaitkan dengan penyusunan proposal penelitian

Kriteria Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memperhitungkan bobot setiap aspek:
1. Tugas terstruktur Bobot 1
2. Tugas Mandiri Bobot 1
2. Ujian Tengah Semester Bobot 2
3. Ujian Semester Bobot 3

---------------------------------------------

Tatap Muka ke 2

Sumber Pengetahuan

Penelitian sebenarnya merupakan upaya mencari kebenaran
(Ary, Jacobs, & Razavieh, pp. 3-)

Sebelum kita ikuti lebih lanjut mengenai peran inkuiri sains dalam pendidikan, mari kita tinjau beberapa cara dimana manusia telah berusaha sepanjang sejarah telah berupaya mencari jawaban terhadap pertanyaan mereka.

Sumber pengetahuan dapat di kategorikan atas lima hal, (1) pengalaman (experience), (2) Otoritas (authoritry), (3) penalaran deduktif (deductive reasoning), (4) penalaran induktif (inductive reasoning), dan (5) pendekatan ilmiah (scientific approach).

Pengalaman
Pengalaman adalah hal yang familiar dan sering digunakan sebagai sumber pengetahuan. Setelah mencoba beberapa route dari rumah ke tempat kerja, seseorang mendapatkan pelajaran mengenai route mana yang waktu tempuhnya tersingkat atau yang lebih paling bebas dari trafik atau yang pemandangannya indah.
Melalui pengalaman pribadi, seseorang dapat menemukan jawaban terhadap bvanyak pertanyaan yang dihadai. Sebagian besar kearifan yang diwariskan dari generasi ke generasi adalah dihasilkan melalui pengalaman.
Kenyataan, kemampuan belajar belajar melalui pengalaman, pada umumnya dianggap sebagai karateristik utama perilaku cerdas.
Dibalik kemanfaatannya, pengalaman memiliki keterbatasan sebagai sumber kebenaran. Bagaimana seseorang terpengaruh denganb suatu peristiwa tergantung dari siapa orang tersebut. Dua orang akan memiliki pengalaman yang berbeda dalam meski dalam suatu situasi yang sama. Hutan yang sama yang merupakan cagar alam yang menyenangkan bagi seseoreang, bisa saja merupakan hutan belantara yang mengancam bagi orang lain. Dua supervisor mengobservasi ruang kelas yang sama dalam waktu yang sama dapat memnyampaikan laporan yang berbeda jika yang satu memfokuskan dan melaporkan pada sesuatu yang berjalan baik sementara yang lain memfokuskan dan melaporkan sesuatu yang berjalan salah.
Kelemahan lainnya dari pengalaman, adalah bahwa seseorang begitu sering membutuhkan untuk mengetahui sesuatu di mana seseorang sebagai individu tidak dapat belajar dari pengalaman

Otoritas.
Bila sesuatu adalah sulit atau tidak mungkin diketahui melalui pengalaman pribadi, maka seseorang seringkali beralih kepada otoritas; yaitu, seseorang yang membutuhkan jawaban (terhadap pertanyaan) dari seseorang yang telah memiliki pengalaman terhadap masalah tersebut atau yang telah memiliki sumber keahlian yang sesuai. Kita menerima sebagai suatu kebenaran kata yang diakui otoritas. Untuk mengetahui populasi AS, seseorang akan berpaling ke laporan biro sensus AS. Seorang siswa akan membuka kamus untuk melihat pengucapan yang tepat dari suatu istilah. Pengawas atau pimpinan sekolah berkonsultasi dengan seorang pengacara mengenai masalah hukum di sekolah. Seorang guru pemula minta saran pada yang sudah berpengalaman. Seorang guru baru dapat saja mencoba mengajar tekni mengajar membaca tertentu karena supervisor menyarankan bahwa teknik tersebut efektif.
Sepanjang sejarah seseorang dapat menemukan berbagai contoh yang dapat dipercaya terhadap otoritas kebenaran, terutama pada abad pertengahan ketika sarjana kuno, seperti Plato dan Aristroteles, dan pastor/pendeta muda dari gereja lebih disukai sebagai sumber kebenaran –dari pada observasi atau pengalaman langsung. Meskipun otoritas adalah satu dari sumber pengetahuan kita yang bermanfaat, seseorang tidak boleh buta terhadap pertanyaan, bagaimana otoritas dapat mengetahui? Pada awalnya memang otoritas diasumsikan benar karena posisi atau kedudukannya, sebagai raja, ketua, atau pendeta terhormat. Saat ini kita segan menyandarkan diri pada ootoritas seseorang bila hanya karena posisi atau derajatnya. Kita cenderung untuk menerima asumsi dari seorang otoritas hanya bila otoritas mendasarkan pernyataannya pada pengalaman atau sumber pengetahuan yang diakui.
Sebagai sumber pengetrahuan, otoritas memiliki kelemahan yang harus dipertimbangkan. Otoritas dapat saja salah; mereka tidak memiliki hak untuk mengatakan tidak berbuat salah.Demikian juga seseorang dapat menemukan bahwa terkadang otoritas-otoritas saling tidak setuju terhadap isu-isu tertentu, ini mengindikasikan bahwa pernyataan otoritatif mereka lebih sebagai opini personal daripada fakta.

Pernalaran Deduktif
Barangkali kontribusi signifikan pertama terhadap pengembangan perndekatan sistematik untuk menemukan kebenaran dibuat oleh filosof-filosof Yunani Kuno. Aristoteles dan pengikut-pengikutnya mengenalkan penggunaan penalaran deduktif, yang dapat dijelaskan sebagai suatu proses berfikir dimana seseorang berfikir mulai dari suatu yang umum kemudian ke pernyataan spesiifik dengan menggunakan aturan logika yang sudah ditentukan, Ini adalah suatu sistem untuk mengorganisasi fakta-fakta yang sudah dikenal untuk kepentingan mencapai kesimpulan. Hal ini terjadi melalui serangkaian peryataan yang disebut Silogisme, yang berisi (a) premis mayor, (b) premis minor, dan (c) kesimpulan. Satu contoh penalaran silogistik ini adalah:
(a) Semua manusia akan mati (premis mayor)
(b) Sokrates adalah seorang manusia (premis minor)
(c) Sokrates akan mati (kesimpulan)
Di dalam penalaran deduktif, jika premis benar, maka kesimpulan diharapkan juga benar.
Penalaran deduktif memungkinkan seseorang untuk mengorganisasi premis dalam bentuk yang menyediakan bukti meyakinkan terhadap validitas kesimpulan
Namun demikian, penalaran deduktif memiliki keterbatasannya. Kita harus mulai dengan premis yang benar untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. Kesimpulan dari silogisme tidak pernah melampaui isi premis. Karena kesimpulan deduktif elaborasi terhadap pengetahuan yang telah ada sebelumnya yang diperlukan, penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan melalui penalaran deduktif semata sebab sulit keruwetan yang sulit dalam menetapkan kebenaran universal dari berbagai pernyataan yang berurusan dengan fenomena ilmiah. Penalaran deduktif dapat mengorganisasi apa yang telah diketahui dan dapat menunjukkan hubungan yang baru sebagaimana seseorang berangkat dari umum ke spesifik, tapi itu tidak cukup sebagai suatu sumber kebenaran baru.
Dibalik keterbatasannya, penalaran deduktif bermanfaat dalam proses penelitian. Penalaran deduktif menyediakan alat menghubungkan teori dan observasi. Memungkinkan peneliti melakukan deduksi yang berasal dari teori yang ada dan mengetahui fenomena apa yang akan diobservasi. Deduksi dari teori dapat menghasilkan hipotesis, sebagai bagian vital dari penelitian ilmiah.

Penalaran Induktif
Kesimpulan dari penalaran deduktif adalah benar hanya bila premis rujukannya adalah benar. Tapi bagaimana seseorang mengetahui bahwa premis itu benar? Di Abad pertengahan dogma seringkali dfigunakan sebagai pengganti premis yang benar, dengan hasil bahwa kesimpulan salah dicapai. Adalah Francis Bacon (1561-1626) yang pertama kali memperkenalkan pendekatan baru dalam mencaritahu. Menurut Bacon, seharusnya para pemikir untuk tidak memperbudak diri mereka sendiri menerima begitu saja premis yang disodorkan oleh otoritas sebagai kebenaran absolut.Ia percaya bahwa seorang peneliti seharusnya menetapkan kesimpulan umum berdasarkan fakta yang diperoleh melalui observasi langsung. Bacon menyarankan para pencari kebenmaran untuk mengobservasi alam secara langsung dan membersihkan pikiran dari prasangka dan ide-ide yang terbentuk sebelumnya, sebagaimana yang dia sebut sebagai “idols”.
Bagi Bacon, untuk mendapatkan pengetahuan maka syaratnya lakukan observasi sendiri, kumpul fakta-fakta khusus, dan formulasikan generalisasi yang berasal dari penemuan tersebut.
Dalam sistem Bacon, observasi dibuat terhadap peristiwa-peristiwa khusus di dalam suatu kelas, kemudian, berdasarkan peristiwa yang diobservasi, kesimpulan yang dibuat adalah kelas secara keseluruhan. Pendekatan ini dikenal sebagai penalaran induktif, yang merupakan kebalikan dari proses yang dilakukan dalam metode deduktif. Perbedaan antara penalaran deduktif dengan indutif adalah sebagaimana contoh berikut:
A. Deduktif: Setiap binatang menyusui mempunyai paru-paru
Semua kelinci adalah binatang menyusui
Jadi, setiap kelinci mempunyai paru-paru
B. Induktif: Setiap kelinci yang telah diobservasi memiliki paru-paru
Jadi, setiap kelinci
Perhatikan bahwa dalam penalaran deduktif premis harus diketahui sebelum diperoleh kesimpulan, tapi dalam penalaran induktifkesimpulan diperoleh melalui observasi contoh dan menggeneralisasikan contoh ke kelas secara keseluruhan. Untuk memperoleh keyakinan absolut terhadap penyimpulan induktif, peneliti harus mengobservasi semua contoh. Ini dikenal sebagai induksi sempurna dalam sistem Bacon; ini membutuhkan peneliti menguji setiap contoh dari suatu fenomena. Dalam contoh di atas, untuk meyakinkan secara absolut bahwa setiat kelinci memiliki paru-paru, peneliti harus telah melakukan observasi terhadap semua kelinci yang hidup saat itu termasuk yang hidup sebelumnya atau akan datang. Dalam prakteknya hal ini tidak mungkin; dengan demikian generalisasi bersandarkan pada induksi yang tidak sempurna yang berasal dari observasi yang tidak lengkap.
Kesimpulan induktif dapat menjadi absolut hanya jika kelompok yang dinialai relatif kecil.
.......................................
....................................
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah, kombinasi antara metode deduktif dan induktif , dan disebut srbagai pendekatan ilmiah.
Charles Darwin dikenal sebagai orang pertama yang menerapkan pendekatan ilmiah (melalui teori evolusinya)
Prosedur dari Darwin , awalnya hanya melibatkan observasi, tidak produktif sampai bacaan dan pikiran membimbing nya memformulasikan hipotesis tentatif untuk menjelaskan fakta yang telah dikumpulkannya melalui observasi. Kemudian dia melanjutkan menguji hipotesisnya dengan membuat deduksi dari hasil pengujian dan mengumpulkan data tambahan untuk menentukan apakah data mendukung hipotesisnya. Melalui metode inkuiri , Darwin dapat mengembangkan teori evolusinya. Penggunaan secara bersama penalaran deduktif dan induktif merupakan karakteristik penelitian ilmiah moderen.
Pendekatan ilmiah pada umumnya dideskripsikan sebagai suatu proses dimana peneliti bergerak secara induktif dari observasi mereka ke hipotesis dan kemudia secara deduktif dari hipotesis ke implikasi logis dari hipotesis.
Penggunaan hipotesis merupakan suatu perbedaan prinsip antara pendekatan ilmiah dengan penalaran induktif. Dalam penalaran induktif seseorang pertama-tama melakukan observasi dan kemudian mengorganiser informasi yang diperoleh. Dalam pendekatan ilmiah, satu alasan tentang apa yang seseorang akan temukan jika suatu hipotesis benar dan kemudian membuat observasi sistematik untuk mengkonfirmasi atau gagal mengkonfirmasi hipotesis.

2 komentar:

Prof. Dr. Ruddy Pakasi, M.Pd. mengatakan...

Silahkan ajukan pertanyaan atau komentar

Anonim mengatakan...

Welche Weisheiten ich auch genial finde sind [url=http://www.dieversteigerungskobolde.de/sprueche.php]Sprüche zum Nachdenken[/url].
Oder kennt Ihr noch andere Seiten mit Sprüchen?
Ich freue mich über jeden Hinweis.